NAMA: HESTI WAHYU AMALIAYA
NIM: 292010062
KELAS: RS10C
BAB I
PENTININGNYA PENDIDIKAN
BERKARAKTER
A. Hakikat Pendidikan Berkarakter
Pembangunan karakter yang merupakan upaya
perwujudan amat Pancaila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini seperti: disorientasi dan
belum dihayatinya nilai- nilai pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan
terpadu dalam mewujudkan nilai- nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai- nilai
budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (
Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 ).
Pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan mana
yang benar dan mana yang slah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan
kebiasaan tentang hal mana yang baik
sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang benar dan salah, maupun merasakan (aferktif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik
harus melibatkan bukan saja aspek “ pengetahuan yang baik (moral knowing, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan
perilaku yang baik (moral action). Pendidikan
karakter menekankan pada bakat atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan
dan dilakukan. Alur pikir pembangunan karakter bangsa merupakan salah satu
strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus
dilakukan koheren dengan beberapa strategi lain antara lain: sosialaisasi, pemberdayaan,
pembudayaan, dan kerjasama.
B.
Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong,berjiwa patriotic, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan berkarakter berfungsi : (1).
Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku
baik, (2). Memperkuat dan membangun
perilaku bangsa yang multikultur, (3). Meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai
media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat
politik; pemerintah, dunia usaha dan media massa.
C.
Nilai- nilai Pembentuk Karakter
Pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang
untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik
Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi yang dimaksud antara lain; takwa, bersih,
rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab. Diantara
berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai
yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-
masing sekolah/ wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan
santun.
D.
Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada
totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks
interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Pengkategorian nilsi didasarkan pada
pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter
merupakan perwujudan fungsi tutolitas psikologis yang mencakup seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas social
cultural dalam konteks interaksi dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi
karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan social cultural dapat
dikelompokan dalam: (1) olah hati, (2) olah pikir, (3) olahraga dan kinestetik,
(4)olah rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling
keterkaitan dan saling melengkapi. (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010:
8-9)
BAB
II
STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER
A.
Strategi
di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional
dalam pengembangan pendidikan karakter yaitu:
1. Stream
Top Down
Dalam stream ini pemerintah menggunakan lima strategi yang
dilakukan secara koheren, yaitu:
a. Sosialisasi,
yang bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan
karakter pada tingkat nasional.
b. Pengembangan
regulasi, bertujuan untuk memberikan paying hokum yang kuat bagi pelaksana
kebijakan, program dan kegiatsn pendidikan karakter.
c. Pengembangan
kapasitas,
d. Implementasi
dan kerja sama, mensinergi berbagai hal yang terkait dengan pelaksana
pendidikan karakter dilingkup tugas pokok, fungsi dan sasaran unit utama.
e. Monitoring
dan evaluasi, yang terfokus pada tugas, pokok dan fungsi serta sasaran masing-
masing unit kerja.
2. Stream
Battom Up
Pembangunan pada stream di diharapkan dari
inisiatif yang dating dari satuan pendidikan. Pemerintah hanya memberi bantuan
teknis kepada sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan
karakter.
3. Stream
Revitalisasi Program
Pada jalur ini, merevitalisasi program
kegiatan pendidikan karakter pada umumnya terdapat pada kegiatan ekstrakulikuler
yang sudah ada dan sarat dengan nilai- nilai karakter.
Ketiga pendekatan tersebut dilaksanakan secara
terintegrasi dalam empat pilar penting pendidikan karakter yaitu: kegiatan
pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan
ko-kurikuler dan ekstrakulikuler.
B.
Strategi
di Tingkat Daerah
Ada
beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan
karakter, semuanya dilakukan secara koheren.
1. Penyusunan
perangkat kebijakan ditingkat kabupaten/ kota
2. Penyiapan
dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3. Memberi
dukungan kepada Tim Pengembangan Kurikulum tingkat kabupaten/ kota melalui Dinas Pendidikan
4. Dukungan
sarana prasarana dan pembiayaan
C.
Strategi
di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi ini diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan
penilaian berbasis kelas disertai program remidiasi dan pengayaan.
1. Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka
pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan konseptual
sebagai konsep belajar dan mengajar bagi peserta didik dan pengajar.
Pembelajaran konseptual mencakup beberapa strategi yaitu: pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
pelayanan dan pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat
memberikan nurturant effect
pengembangan karakter peserta didik seperti: karakter cerdas, berfikir terbuka,
tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
2. Pengembangan
Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat
kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan
rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik yang dilakukan secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Contoh: piket kelas, berdoa dll.
b. Kegiatan
spontan, kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu
juga. Contih: menumpulkan sumbangan pada saat ada yang terkena musibah.
c. Keteladanan,
perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan yang
baik yang diharapkan agar menjadipanutan. Contoh: disiplin, jujur, rapi, kerja
keras dll.
d. Pengkondisian,
yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.
Contoh: kondisi toilet yang bersih, membuang sampah pada tempatnya dll.
3. Kegiatan
ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi terlaksananya
kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter perlu didukung dengan
perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas SDM dan revitalisasi
kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada kea rah pengembangan karakter.
4. Kegiatan
keseharian dirumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini
sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang di
kembangkan di sekolah dengan pembiasaan dirumah dan masyarakat.
D.
Penambahan
Alokasi Waktu Pembelajaran
Pendidikan
karakter diintegrasikan dalam ko- kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan
waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristinya.
E.
Penilaian Keberhasilan
Untuk
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan
pendidikan dilakukan berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi
awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut
dilakukan dengan langkah- langkah berikut:
1. Menetapkan
indicator dari nilai yang diterapan
2. Menyusun
berbagai instrument penilaian
3. Melakukan
pencatatan terhadap pencapaian indicator
4. Melakukan
analisis dan evaluasi
5. Melakukan
tindak lanjut
Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
Penerapan pendidikan karakter di sekolah
dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan
budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko- kurikuler dan
ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian dirumah dan dimasyarakat.
1. Kegiatan pembelajaran
Penerapan pendididkan karakter pada pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah
strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual, karena strategi tersebut
dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengkaitkan materi yang dipelajari
dengan dunia nyata sehingga diharapkan siswa dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan pengetahuan tersebut jadi siswa lebih memiliki hasil yang
komprenhesif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada
tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa) serta psikomotorik (olahraga). ( Puskur,
2011: 8 )
Beberapa strategi pembelajaran kontekstual anatara lain: (a).
pembelajaran berbasis masalah, (b). pembelajaran kooperatif, (c). pembelajaran
berbasis proyek, (d). pembelajaran pelayanan, dan (e). pembelajaran berbasis
kerja. Puskur (2011:9) menjelaskan bahwa kelima strategi tersebut dapat
memberikan nurturant effect pengembangan
karakter siswa seperti: karakter cerdas,
berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2. Pengembangan budaya sekilah dan pusat
kegiatan belajar
Pengembangan ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri
yaitu, kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.
a.
Kegiatan rutin
Kegiatan ini merupakan
kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat
(Puskur,2011:8). Contoh: upacara hari senin, piket kelas, berdoa sebelum
pelajaran dimulai dan di akhiri.
b.
Kegiatan spontan
Kegiatan ini dilakukan
secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh: mengumpulkan
sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah.
c.
Keteladanan
Sikap menjadi contoh
melalui tindakan yang baik sehingga dapat menjadi panutan yang lain. Contoh:
rapi, bersih, ramah dan supel.
d.
Pengkondisian
Upaya sekolah untuk
menata lingkungan fisik maupun non fisik demi terciptanya suasana mendukung
terlaksananya pendidikan yang karakter. Contoh: menjaga kebersihan toilet,
membuang sampah pada tempatnya dll.
3. Kegiatan ko- kurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler
Kegiatan ko- kurikuler
dan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran
dan guru dapat mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan
pendidikan karakter sudah terlaksana.
4. Kegiatan keseharian di rumah dan di
masyarakat
Kegiatan ini merupakan
penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah., rumah dan masyarakat. Dalam
kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter
yang dikembangkan disekolah dengan pembiasaan dirumah dan masyarakat (Puskur,
2011:8)
KESIMPULAN
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan
demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur.
Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di SD, di harapkan dapat menjadi
solusi atas masalah social yang terjadi masyarakat. Pelaksanaan pendidikan
karakter disekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran (kegiatan
pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan
ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian dirumah dan
dimasyarakat.
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
Puskurbuk, Januari 2011
Buku
ajar Strategi Pembelajaran FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga