Entri Populer

Minggu, 25 Maret 2012

PENDIDIKAN KARAKTER

NAMA: HESTI WAHYU AMALIAYA
NIM: 292010062
KELAS: RS10C

BAB I
PENTININGNYA PENDIDIKAN BERKARAKTER
     A.    Hakikat Pendidikan Berkarakter
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amat Pancaila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai- nilai pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai- nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai- nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa ( Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 ).
Pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang slah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik  sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, maupun merasakan (aferktif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).  Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “ pengetahuan yang baik (moral knowing, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada bakat atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan. Alur pikir pembangunan karakter bangsa merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan koheren dengan beberapa strategi lain antara lain: sosialaisasi, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama.
      B.     Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan berkarakter berfungsi : (1). Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik, (2).  Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, (3). Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik; pemerintah, dunia usaha dan media massa. 
    C.    Nilai- nilai Pembentuk Karakter
Pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi yang dimaksud antara lain; takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing- masing sekolah/ wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
    D.    Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Pengkategorian nilsi didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi tutolitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas social cultural dalam konteks interaksi dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan social cultural dapat dikelompokan dalam: (1) olah hati, (2) olah pikir, (3) olahraga dan kinestetik, (4)olah rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi. (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8-9)


BAB II
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER
    A.    Strategi di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan karakter yaitu:
1.      Stream Top Down
Dalam stream ini pemerintah menggunakan lima strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu:
a.       Sosialisasi, yang bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter pada tingkat nasional.
b.      Pengembangan regulasi, bertujuan untuk memberikan paying hokum yang kuat bagi pelaksana kebijakan, program dan kegiatsn pendidikan karakter.
c.       Pengembangan kapasitas,
d.      Implementasi dan kerja sama, mensinergi berbagai hal yang terkait dengan pelaksana pendidikan karakter dilingkup tugas pokok, fungsi dan sasaran unit utama.
e.       Monitoring dan evaluasi, yang terfokus pada tugas, pokok dan fungsi serta sasaran masing- masing unit kerja.
2.      Stream Battom Up
Pembangunan pada stream di diharapkan dari inisiatif yang dating dari satuan pendidikan. Pemerintah hanya memberi bantuan teknis kepada sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter.
3.      Stream Revitalisasi Program
Pada jalur ini, merevitalisasi program kegiatan pendidikan karakter pada umumnya terdapat pada kegiatan ekstrakulikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai- nilai karakter.
Ketiga pendekatan tersebut dilaksanakan secara terintegrasi dalam empat pilar penting pendidikan karakter yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakulikuler.  
       B.     Strategi di Tingkat Daerah
Ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, semuanya dilakukan secara koheren.
1.      Penyusunan perangkat kebijakan ditingkat kabupaten/ kota
2.      Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3.      Memberi dukungan kepada Tim Pengembangan Kurikulum tingkat kabupaten/ kota melalui Dinas Pendidikan
4.      Dukungan sarana prasarana dan pembiayaan
      C.    Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi ini diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai program remidiasi dan pengayaan.
1.      Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan konseptual sebagai konsep belajar dan mengajar bagi peserta didik dan pengajar. Pembelajaran konseptual mencakup beberapa strategi yaitu: pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan dan pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik seperti: karakter cerdas, berfikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
2.      Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a.       Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh: piket kelas, berdoa dll.
b.      Kegiatan spontan, kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Contih: menumpulkan sumbangan pada saat ada yang terkena musibah.
c.       Keteladanan, perilaku dan sikap  guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan yang baik yang diharapkan agar menjadipanutan. Contoh: disiplin, jujur, rapi, kerja keras dll.
d.      Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter. Contoh: kondisi toilet yang bersih, membuang sampah pada tempatnya dll.
3.      Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan  kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter perlu didukung dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas SDM dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada kea rah pengembangan karakter.
4.      Kegiatan keseharian dirumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang di kembangkan di sekolah dengan pembiasaan dirumah dan masyarakat.
         D.    Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Pendidikan karakter diintegrasikan dalam ko- kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristinya.

         E.      Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan dengan langkah- langkah berikut:
1.      Menetapkan indicator dari nilai yang diterapan
2.      Menyusun berbagai instrument penilaian
3.      Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indicator
4.      Melakukan analisis dan evaluasi
5.      Melakukan tindak lanjut

Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
                        Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko- kurikuler dan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian dirumah dan dimasyarakat.
1.      Kegiatan pembelajaran
      Penerapan pendididkan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual, karena strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengkaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata sehingga diharapkan siswa dapat mencari hubungan  antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut jadi siswa lebih memiliki hasil yang komprenhesif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa) serta psikomotorik (olahraga). ( Puskur,  2011: 8 )
      Beberapa strategi pembelajaran kontekstual anatara lain: (a). pembelajaran berbasis masalah, (b). pembelajaran kooperatif, (c). pembelajaran berbasis proyek, (d). pembelajaran pelayanan, dan (e). pembelajaran berbasis kerja. Puskur (2011:9) menjelaskan bahwa kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa  seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2.      Pengembangan budaya sekilah dan pusat kegiatan belajar
      Pengembangan ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu, kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.
a.       Kegiatan rutin
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Puskur,2011:8). Contoh: upacara hari senin, piket kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan di akhiri.
b.      Kegiatan spontan
Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh: mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah.
c.       Keteladanan
Sikap menjadi contoh melalui tindakan yang baik sehingga dapat menjadi panutan yang lain. Contoh: rapi, bersih, ramah dan supel.
d.      Pengkondisian
Upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun non fisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan yang karakter. Contoh: menjaga kebersihan toilet, membuang sampah pada tempatnya dll.
3.      Kegiatan ko- kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko- kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran dan guru dapat mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan pendidikan karakter sudah terlaksana.
4.      Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan ini merupakan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah., rumah dan masyarakat. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan disekolah dengan pembiasaan dirumah dan masyarakat (Puskur, 2011:8)

KESIMPULAN
                        Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di SD, di harapkan dapat menjadi solusi atas masalah social yang terjadi masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter disekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian dirumah dan dimasyarakat.




Sumber:  Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
      Buku ajar  Strategi Pembelajaran  FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM

NAMA: HESTI WAHYU AMALIYA
NIM: 292010062
KELAS: RS10C

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
1.      Sejarah Munculnya
Pencetus utama pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter. Prinsip pembelajaran kuantum pertama kali diterapkan dalam sekolah bisnis Burklyn yang didirikan pada akhir tahun 1970. Burklyn adalah sekolah bisnis yang mengajarkan materi konvensional dengan cara-cara yang tidak biasa.  Inti metodenya menggabungkan upaya memperkuat tubuh, memperkaya jiwa, sekaligus mendidik pikiran. Selanjutnya prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning semakin menemukan bentuknya ketika Bobbi DePorter bersama timnya mengembangkan SuperCamp pada awal 1980-an.
SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak di Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat, didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembangan potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja, hingga saat ini.
Setelah mengikuti perkemahan selama sepuluh hari, motivasi belajar peserta meningkat, nilai belajar di sekolah semakin tinggi, mereka lebih percaya diri, harga diri meningkat, dan keterampilan belajar pun berkembang. Dari sukses itulah, kegiatan SuperCamp kemudian diadakan di berbagai tempat melalui Learning Forum. Perkembangan Quantum Learning memang tidak terlepas dari Supercamp. Kurikulum SuperCamp merupakan kombinasi harmonis dari tiga unsur: keterampilan akademis, prestasi fisik dan keterampilan hidup (life skill). Ketiga unsur kurikulum tersebut diarahkan untuk mewujudkan tiga hal: penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.
Dalam Quantum Learning, tiga aspek yang menjadi sasaran tujuan SuperCamp tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi berbagai bidang keterampilan seperti: bersikap positif, motivasi belajar, menemukan cara belajar yang tepat, menciptakan lingkungan belajar sempurna, membaca cepat, membuat catatan efektif, berpikir kreatif, mengembangkan kemampuan super memori, dan lain-lain. Programnya pun berkembang dengan peserta berusia 9-24 tahun dan menghabiskan 8-10 hari di perkemahan. Teknik-teknik yang dipelajari juga kian inovatif, seperti teknik membaca kuantum, teknik menulis cepat dan tepat, memecahkan masalah secara kreatif, strategi belajar di perguruan tinggi, teknik mengingat, teknik menguasai matematika, dan keterampilan hidup.
 DePorter menamai temuannya ini Quantum Learning-meminjam istilah dalam fisika, kuantum, dan menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki manusia itu ibarat kuantum yang dapat diubah menjadi energi yang dahsyat.  Menurut DePorter, manusia pada dasarnya memiliki kemampuan luar biasa untuk melampaui kemampuan yang ia perkirakan. Ini karena manusia memiliki potensi yang belum tergali, apalagi terasah. Untuk menggali potensi itu, menurut DePorter, lingkungan mesti mendukung agar proses belajar berlangsung mudah, menarik, dan menyenangkan. "Rasa aman dan saling percaya di antara murid dan guru merupakan hal esensial bagi proses belajar," tutur DePorter. Lingkungan itulah yang dimodelkan dalam SuperCamp.
2.      Model Pembelajaran Quantum
Model Pembelajaran Kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi.
Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran kuantum. Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang dinamis.
Isi adalah merupakan penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate). Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
a)      Tumbuhkan.
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.
b)      Alami
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.
c)      Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Strategi implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
d)   Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
e)      Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bias dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan post tes.
f)       Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
Penyajian materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan: (1) penumbuhan minat siswa, (2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, (3) penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia, (4) adanya demonstrasi oleh siswa, (5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, dan (6) penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat, atau tepukan.
3.      Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
4.  Model
Adapun model Quantum Teaching terdiri atas dua tahap, tahap pertama disebut konteks, dan tahap kedua adalah isi.
1)      Tahap Pertama (Konteks)
Yang dimaksud dengan tahap pertama atau konteks yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan:
a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah dan belajar.
b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.
2) Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar, hal-hal yang berhubungan dengan bagian ini adalah:
a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan prinsip-prinsip Quantum Teaching sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan dengan penampilan, bunyi dan rasa berbeda.
b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat siswa dengan kurikulum yang dipelajari, dengan kata lain bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.
c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip Quantum Teaching, sehingga para siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.
d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup diistilahkan juga keterampilan social
5. Metode Quantum learning
Quantum Learning barakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov,seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar,dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberi sugesti positif,antara lain:
  • Mendudukkan murid secara nyaman 
  •  Memasang musik latar di dalam kelas
  • Meningkatkan partisipasi individu
  • Menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi
  • Menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapatpula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan. Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
·         Teori otak kanan/kiri
·         Teori otak triune (3 in 1)
·         Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
·         Teori kecerdasan ganda
·         Pendidikan holistik (menyeluruh)
·         Belajar berdasarkan pengalaman
·         Belajar dengan symbol
·         Simulasi/permainan
6. Tujuan dan Manfaat Quantum Learning
Tujuan utama dari belajar kuantum adalah
·         Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa
·         Meningkatkan partisipasi siswa melalui penggubahan situasi sekitar.
·         Menambah daya ingatan terhadap materi pelajaran
·         Meningkatkan gairah belajar
·         Mewujudkan rasa kebersamaan
·         Meningkatkan kehalusan perilaku.
Manfaat belajar kuantum
·         Siswa lebih bergairah untuk belajar dengan situasi yang menyenangkan
·         Siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing
·         Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai pendorong belajar
·         Menghargai apapun yang dilakukan siswa.



 Daftar Pustaka:
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi and Mike Hernacki, Quantum Learning, New York: Dell Publishing, 2001