NAMA: HESTI WAHYU AMALIYA
NIM: 292010062
KELAS: RS10C
MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM
1.
Sejarah Munculnya
Pencetus utama pembelajaran
kuantum adalah Bobbi DePorter. Prinsip pembelajaran kuantum pertama kali
diterapkan dalam sekolah bisnis Burklyn yang didirikan pada akhir tahun 1970.
Burklyn adalah sekolah bisnis yang mengajarkan materi konvensional dengan
cara-cara yang tidak biasa. Inti
metodenya menggabungkan upaya memperkuat tubuh, memperkaya jiwa, sekaligus
mendidik pikiran. Selanjutnya prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum
Learning semakin menemukan bentuknya ketika Bobbi DePorter bersama timnya
mengembangkan SuperCamp
pada awal 1980-an.
SuperCamp, sebuah lembaga
pembelajaran yang terletak di Kirkwood Meadows, Negara Bagian California,
Amerika Serikat, didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah
perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna
pengembangan potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama
Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja, hingga saat ini.
Setelah mengikuti perkemahan
selama sepuluh hari, motivasi belajar peserta meningkat, nilai belajar di
sekolah semakin tinggi, mereka lebih percaya diri, harga diri meningkat, dan
keterampilan belajar pun berkembang. Dari sukses itulah, kegiatan SuperCamp kemudian diadakan di berbagai tempat
melalui Learning Forum. Perkembangan Quantum Learning memang tidak terlepas
dari Supercamp. Kurikulum SuperCamp merupakan kombinasi harmonis dari tiga
unsur: keterampilan akademis, prestasi fisik dan keterampilan hidup (life
skill). Ketiga unsur kurikulum tersebut diarahkan untuk mewujudkan tiga hal:
penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan
berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.
Dalam Quantum Learning, tiga
aspek yang menjadi sasaran tujuan SuperCamp
tersebut selanjutnya
dikembangkan menjadi berbagai bidang keterampilan seperti: bersikap positif,
motivasi belajar, menemukan cara belajar yang tepat, menciptakan lingkungan
belajar sempurna, membaca cepat, membuat catatan efektif, berpikir kreatif,
mengembangkan kemampuan super memori, dan lain-lain. Programnya pun berkembang
dengan peserta berusia 9-24 tahun dan menghabiskan 8-10 hari di perkemahan.
Teknik-teknik yang dipelajari juga kian inovatif, seperti teknik membaca
kuantum, teknik menulis cepat dan tepat, memecahkan masalah secara kreatif,
strategi belajar di perguruan tinggi, teknik mengingat, teknik menguasai
matematika, dan keterampilan hidup.
DePorter menamai temuannya ini Quantum
Learning-meminjam istilah dalam fisika, kuantum, dan menunjukkan bahwa potensi
yang dimiliki manusia itu ibarat kuantum yang dapat diubah menjadi energi yang
dahsyat. Menurut DePorter, manusia pada
dasarnya memiliki kemampuan luar biasa untuk melampaui kemampuan yang ia
perkirakan. Ini karena manusia memiliki potensi yang belum tergali, apalagi
terasah. Untuk menggali potensi itu, menurut DePorter, lingkungan mesti
mendukung agar proses belajar berlangsung mudah, menarik, dan menyenangkan.
"Rasa aman dan saling percaya di antara murid dan guru merupakan hal
esensial bagi proses belajar," tutur DePorter. Lingkungan itulah yang
dimodelkan dalam SuperCamp.
2.
Model Pembelajaran Quantum
Model Pembelajaran Kuantum mengambil bentuk hampir sama
dengan sebuah simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua
kategori, yaitu: konteks dan isi.
Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi
penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran
kuantum. Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang
dinamis.
Isi adalah merupakan
penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran
kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll,
Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate).
Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary
menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan).
a) Tumbuhkan.
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional
dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan
siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan
bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah
sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa
tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut
tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru
seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang
positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan
yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin
tahu. Stategi
untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan
pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media
yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman
seseorang.
b) Alami
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan
pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian
bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap
pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk
menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau
simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
c) Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI
mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa
penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas,
menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan
konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Strategi
implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat
Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
d) Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap
ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini
sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap
materi yang dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah
mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint,
menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara
harmonis, dan lain-lain.
e) Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”.
Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Strategi untuk
mengimplementasikan yaitu bias dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu
ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru
kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan
post tes.
f)
Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup
pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha,
ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan
kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan
kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut. Strategi yang dapat digunakan adalah
dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
Penyajian
materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan: (1) penumbuhan minat
siswa, (2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, (3)
penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia, (4) adanya demonstrasi
oleh siswa, (5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka
benar-benar tahu, dan (6) penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian,
dorongan semangat, atau tepukan.
3. Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar
ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling
berfungsi sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu
formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau
cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya
belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan
alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman
dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan
oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam
bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
4.
Model
Adapun model Quantum Teaching terdiri atas
dua tahap, tahap pertama disebut konteks, dan tahap kedua adalah isi.
1)
Tahap Pertama (Konteks)
Yang dimaksud dengan tahap pertama atau konteks yaitu tahap persiapan
sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada
empat aspek yang harus dipersiapkan:
a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang
dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah
dan belajar.
b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan,
kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja
dalam komunitas belajar.
c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan,
warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, dan semua hal yang mendukung proses
belajar.
d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang
menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar
informasi.
2) Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar, hal-hal
yang berhubungan dengan bagian ini adalah:
a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan
prinsip-prinsip Quantum Teaching sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak
hal dari apa yang dipelajari. Tahap ini juga diistilahkan pemberian petunjuk,
yang bermodalkan dengan penampilan, bunyi dan rasa berbeda.
b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat
siswa dengan kurikulum yang dipelajari, dengan kata lain bagian ini menekankan
bagaimana keahlian seorang pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah
apa yang akan ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.
c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana
trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip Quantum
Teaching, sehingga para siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang
singkat.
d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana
berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan
dalam hidup. Keterampilan hidup diistilahkan juga keterampilan social
5. Metode Quantum learning
Quantum Learning barakar dari upaya Dr. Georgi
Lozanov,seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa
yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar,dan setiap
detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang
digunakannya untuk memberi sugesti positif,antara lain:
- Mendudukkan murid secara nyaman
- Memasang musik latar di dalam kelas
- Meningkatkan partisipasi individu
- Menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi
- Menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif
Quantum Learning
mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu
penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti
antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan
pengertian antara siswa dan guru. Para
pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang
positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan faktor
penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapatpula
menunjukkan dan menciptakan gaya
belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan dari saat-saat
keberhasilan yang meyakinkan. Quantum Learning menggabungkan sugestologi,
teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami
sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan
strategi belajar yang lain, seperti:
·
Teori
otak kanan/kiri
·
Teori
otak triune (3 in 1)
·
Pilihan
modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
·
Teori
kecerdasan ganda
·
Pendidikan
holistik (menyeluruh)
·
Belajar
berdasarkan pengalaman
·
Belajar
dengan symbol
·
Simulasi/permainan
6. Tujuan dan Manfaat Quantum
Learning
Tujuan utama dari belajar kuantum adalah
·
Meningkatkan
motivasi dan minat belajar siswa
·
Meningkatkan
partisipasi siswa melalui penggubahan situasi sekitar.
·
Menambah
daya ingatan terhadap materi pelajaran
·
Meningkatkan
gairah belajar
·
Mewujudkan
rasa kebersamaan
·
Meningkatkan
kehalusan perilaku.
Manfaat belajar kuantum
·
Siswa
lebih bergairah untuk belajar dengan situasi yang menyenangkan
·
Siswa
dapat belajar sesuai dengan gaya
belajar masing-masing
·
Siswa
dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai pendorong
belajar
·
Menghargai
apapun yang dilakukan siswa.
Daftar
Pustaka:
DePorter,
Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung:
Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi, Mark
Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung:
Penerbit KAIFA.
DePorter,
Bobbi and Mike Hernacki, Quantum Learning, New York: Dell Publishing, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar