Entri Populer

Minggu, 25 Maret 2012

PENDIDIKAN KARAKTER

NAMA: HESTI WAHYU AMALIAYA
NIM: 292010062
KELAS: RS10C

BAB I
PENTININGNYA PENDIDIKAN BERKARAKTER
     A.    Hakikat Pendidikan Berkarakter
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amat Pancaila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai- nilai pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai- nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai- nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa ( Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 ).
Pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang slah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik  sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, maupun merasakan (aferktif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).  Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “ pengetahuan yang baik (moral knowing, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada bakat atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan. Alur pikir pembangunan karakter bangsa merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan koheren dengan beberapa strategi lain antara lain: sosialaisasi, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama.
      B.     Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan berkarakter berfungsi : (1). Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik, (2).  Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, (3). Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik; pemerintah, dunia usaha dan media massa. 
    C.    Nilai- nilai Pembentuk Karakter
Pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi yang dimaksud antara lain; takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing- masing sekolah/ wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
    D.    Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Pengkategorian nilsi didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi tutolitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas social cultural dalam konteks interaksi dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan social cultural dapat dikelompokan dalam: (1) olah hati, (2) olah pikir, (3) olahraga dan kinestetik, (4)olah rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi. (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8-9)


BAB II
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER
    A.    Strategi di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan karakter yaitu:
1.      Stream Top Down
Dalam stream ini pemerintah menggunakan lima strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu:
a.       Sosialisasi, yang bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter pada tingkat nasional.
b.      Pengembangan regulasi, bertujuan untuk memberikan paying hokum yang kuat bagi pelaksana kebijakan, program dan kegiatsn pendidikan karakter.
c.       Pengembangan kapasitas,
d.      Implementasi dan kerja sama, mensinergi berbagai hal yang terkait dengan pelaksana pendidikan karakter dilingkup tugas pokok, fungsi dan sasaran unit utama.
e.       Monitoring dan evaluasi, yang terfokus pada tugas, pokok dan fungsi serta sasaran masing- masing unit kerja.
2.      Stream Battom Up
Pembangunan pada stream di diharapkan dari inisiatif yang dating dari satuan pendidikan. Pemerintah hanya memberi bantuan teknis kepada sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter.
3.      Stream Revitalisasi Program
Pada jalur ini, merevitalisasi program kegiatan pendidikan karakter pada umumnya terdapat pada kegiatan ekstrakulikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai- nilai karakter.
Ketiga pendekatan tersebut dilaksanakan secara terintegrasi dalam empat pilar penting pendidikan karakter yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakulikuler.  
       B.     Strategi di Tingkat Daerah
Ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, semuanya dilakukan secara koheren.
1.      Penyusunan perangkat kebijakan ditingkat kabupaten/ kota
2.      Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3.      Memberi dukungan kepada Tim Pengembangan Kurikulum tingkat kabupaten/ kota melalui Dinas Pendidikan
4.      Dukungan sarana prasarana dan pembiayaan
      C.    Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi ini diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai program remidiasi dan pengayaan.
1.      Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan konseptual sebagai konsep belajar dan mengajar bagi peserta didik dan pengajar. Pembelajaran konseptual mencakup beberapa strategi yaitu: pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan dan pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik seperti: karakter cerdas, berfikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
2.      Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a.       Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh: piket kelas, berdoa dll.
b.      Kegiatan spontan, kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Contih: menumpulkan sumbangan pada saat ada yang terkena musibah.
c.       Keteladanan, perilaku dan sikap  guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan yang baik yang diharapkan agar menjadipanutan. Contoh: disiplin, jujur, rapi, kerja keras dll.
d.      Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter. Contoh: kondisi toilet yang bersih, membuang sampah pada tempatnya dll.
3.      Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan  kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter perlu didukung dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas SDM dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada kea rah pengembangan karakter.
4.      Kegiatan keseharian dirumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang di kembangkan di sekolah dengan pembiasaan dirumah dan masyarakat.
         D.    Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Pendidikan karakter diintegrasikan dalam ko- kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristinya.

         E.      Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan dengan langkah- langkah berikut:
1.      Menetapkan indicator dari nilai yang diterapan
2.      Menyusun berbagai instrument penilaian
3.      Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indicator
4.      Melakukan analisis dan evaluasi
5.      Melakukan tindak lanjut

Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
                        Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko- kurikuler dan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian dirumah dan dimasyarakat.
1.      Kegiatan pembelajaran
      Penerapan pendididkan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual, karena strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengkaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata sehingga diharapkan siswa dapat mencari hubungan  antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut jadi siswa lebih memiliki hasil yang komprenhesif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa) serta psikomotorik (olahraga). ( Puskur,  2011: 8 )
      Beberapa strategi pembelajaran kontekstual anatara lain: (a). pembelajaran berbasis masalah, (b). pembelajaran kooperatif, (c). pembelajaran berbasis proyek, (d). pembelajaran pelayanan, dan (e). pembelajaran berbasis kerja. Puskur (2011:9) menjelaskan bahwa kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa  seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2.      Pengembangan budaya sekilah dan pusat kegiatan belajar
      Pengembangan ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu, kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.
a.       Kegiatan rutin
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Puskur,2011:8). Contoh: upacara hari senin, piket kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan di akhiri.
b.      Kegiatan spontan
Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh: mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah.
c.       Keteladanan
Sikap menjadi contoh melalui tindakan yang baik sehingga dapat menjadi panutan yang lain. Contoh: rapi, bersih, ramah dan supel.
d.      Pengkondisian
Upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun non fisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan yang karakter. Contoh: menjaga kebersihan toilet, membuang sampah pada tempatnya dll.
3.      Kegiatan ko- kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko- kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran dan guru dapat mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan pendidikan karakter sudah terlaksana.
4.      Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan ini merupakan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah., rumah dan masyarakat. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan disekolah dengan pembiasaan dirumah dan masyarakat (Puskur, 2011:8)

KESIMPULAN
                        Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di SD, di harapkan dapat menjadi solusi atas masalah social yang terjadi masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter disekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian dirumah dan dimasyarakat.




Sumber:  Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
      Buku ajar  Strategi Pembelajaran  FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar